~hidup bukan pilihan~


jawapan pada setiap pencarian dalam kehidupan hanya satu. 
walau sesiapa jawapannya tetap serupa
macam soalan math
meski caranya tak sama
jalannya berbeza
namun jawapan tetap serupa
dan hanya satu...

hidup ini bukan pilihan
sejak awal kita diciptakan
menjalani kehidupan seharian 
berdasarkan apa yang telah Dia aturkan
perancangan...
sekadar ikhtiar seorang insan
insan yang tak punya apa
hidup kita milik Dia
seluruh kehidupan kita Dia yang punya
kita tak berhak pun
hatta tangan yang sedang menaip ini juga Dia pinjamkan
bahagia yang kita rasa juga pinjaman. 
tenang. tenang jiwa itu Dia yang titipkan.
justeru apa pilihan yang kita ada sedang segalanya milik Dia

setiap kita pasti pernah berada di persimpangan kehidupan
terpaksa memilih haluan untuk teruskan perjalanan
yang sebenarnya bukan pilihan
jalan yang benar yang seharusnya kita tuju hanya satu
kita tak pernah punya pilihan. tak pernah.
kita yang sengaja mambuat pilihan
walhal kekadang kita tahu yang mana sebenarnya tujuan

"andai saja aku bisa memilih pasti akanku pilih kebahagiaan. andai saja aku bisa menentukan akanku pastikan hajatku kesampaian..."

'kita yang berhak menentukan jalan hidup kita'
really?
TAK.
kita tak pernah punyai hak atas apa-apa
kita hanya MAMPU berusaha, berdoa dan segalanya harus kembali kepada-Nya
Allah tak akan pernah mengubah nasib sesuatu kaum melainkan mereka merubah nasib mereka sendiri.
Dia suruh kita usaha, doa, ikhtiar bukan berserah semata-mata
memang segalanya sudah Dia aturkan tapi 
Dia nak lihat itu...

"Allah dah ada pun result kita. Dia cuma nak lihat usaha, doa dan tawakal kita. Kebergantungan kita kepada-Nya."

Dia tak lihat pada hasilnya. tapi dia lihat pada usaha kita.
ada usaha. insyaAllah, Dia yang Maha Pengasih pasti akan bagi yang terbaik.
Dia nak lihat 
kebergantungan kita kepada-Nya
keyakinan kita kepada-Nya.

saya tak mungkin jadi yang terbaik.
tapi saya cuba menjadi lebih baik.
baik itu subjektif.
orang yang baik pasti akan buat kebaikan.
senyum itu kebaikan.
apakah orang yang senyum itu juga baik?
tak semestinya.
tapi sekurang-kurangnya dia mendapat pahala kerana sebuah senyuman.

"Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah, nescaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah, nescaya dia akan melihat (balasan)nya." 
[Al-Zalzalah: 7 dan 8]


semoga setiap langkah kaki ini menapak dalam redha Ilahi
semoga setiap detik nafas ini terhembus dalam redha Ya Rabbi

sticky note;
"Ya Allah. Ya Rahman. Ya Rahim. Kau tetapkanlah hati ini atas agama-Mu. Kau teguhkanlah iman ini atas landasan Islam. Andai Kau mengtakdirkan mati. Kau matikanlah aku dalam Islam dan iman. Kau lucutkanlah nafas ini dalam alunan Syahadah."



:(

rasa tak best

suddenly...
idiopathic palpitation...
+ sad without any reason...
+ fear of something I didn't sure...
Oh Allah... please take a good care of my family and people around me...


^______^



status:
heh... 
al kisah mimpi di petang hari
ngee... apa punya lawak lah yang aku buat petang-petang ni
mimpi kakakku cikgu pregnant...
heh kalau dia tau nak jugak kena pelangkung
tapi betul...
mimpi tu betul la...
pregnant tu absolutely not 

moral of the story:
jangan tidur di petang hari...
huh berapa kali nak dingatkan!
mulalah nak mimpi yang pelik2 yang tak masuk akal...


lari topik sikit:
Ada orang cakap 
"Saya redha dengan apa yang berlaku. Saya dah pun memafkan dia. I can forgive but never forget..."

Saya cakap...
Kalau betul redha tak ada sebab untuk terus ingat dan tak akan ada statement ... 
I can forgive but never forget....
Once kita dah maafkan dia sepenuh hati kita akan terus melupakan apa yang dah dia lakukan kepada kita
sebab kita tahu selagi kita bergelar manusia...
kita hanyalah insan biasa...
insan yang selalu lupa dan tak akan lari dari melakukan kesilapan
sedangkan iman sentiasa betambah dan berkurang 
apatah lagi terlanjur perkataan yang memang tak disengajakan
jangan pernah mencari kesempurnaan dalam diri manusia yang tak sempurna
kelak kita yang akan kecewa

kalau kita masih terbayang-bayang kesilapan dia pada kita
kalau kita masih mengungkit salah dia pada kita
itu bukan memaafkan tapi sekadar cuba menahan perasaan
"Andai kemaafan itu boleh menjernihkan yang keruh. Kenapa perlu berajakan dendam yang hanya menambah kesulitan. Maaf itu indah lagi manis sedangkan dendam itu resah lagi sakit. Tapi ketahuilah, sabar saya bukan seperti Rasulullah. Saya hanyalah manusia biasa yang ada ketika rasa terluka dan sampai satu saat hati ini tak lagi mampu membisik kata maaf kerana kerasnya sekeping hati. Jangan pernah cuba robohkan benteng kesabaran saya yang bukanlah seteguh tembok pemisah di Palestin..." 
[dialog dalam Seindah Sakura Seharum Lavenda-InsyaAllah]

p/s:
27/6/2012 dah (baru) nak start exam...
di kesempatan ini nak minta maaf pada semua andai
terkasar bahasa tersalah bicara
terpukul tak sengaja terjeling manja. erk!
heh...
dulu masa kecik2 cikgu selalu pesan
sebelum exam minta restu mak ayah, cikgu2...
minta maaf dengan semua orang
baru tenang nak jawab exam
jangan lupa banyakkan berdoa
minta dengan Allah...
menggamit memori sungguh!

cik yam, cik nin, k.yun, jiha,


jangan jadi macam ni pulak :P



~monolog~


tak salah kan kalau nak nangis bila sedih?...
tak... tapi jgn layan sangat kesedihan tu
tapi rasa tak sanggup
kena tabah...
rasa tak kuat
bergantung pada Dia, serahkan segalanya pada Dia
cuba bertahan tapi sampai satu tahap rasa macam...
tak boleh macam tu. itu tanda kita tak redha...
tak tahu macam mana nak teruskan...
berlapang dada. Dia Maha Tahu. Dia uji sebab Dia sayang.
ya Dia sayang...
banyakkan berdoa. doakan senjata orang mukmin. bila berdoa kena yakin. yakin akan janji Dia. 


sticky note;



~wahai kekasih~




Wahai seorang kekasih,
Telah lama kau dirindui,
Pilu sedih dalam kerinduan,
Menangis pun tak berair mata,
Namun hati tetap gembira,
Syafaatmu menanti di sana.

Sungguh tabahnya hatimu,
Menanggung derita yang melanda,
Biarpun perit pedih tersiksa,
Kerana umat kau tempuhi jua.

Wahai Rasul kaulah segalanya,
Contoh terbaik umat akhir zaman,
Akhlakmu tinggi kan kami jejaki,
Sifatmu sempurna pelengkap peribadi.

Wahai Rasul kami merindui,
Sinaran wajahmu mendamaikan jiwa,
Manis senyuman mu penawar hiba,
Di hati kami kaulah segalanya

sticky note:
syahdu...
sangat menyentuh ke dasar hati yang paling dalam
rindu dia...
dia yang sedang menanti di sana...

basahkan bibir dengan alunan selawat pemberi syafaat
tanda ingatan yang tak pernah padam buat dia

~dunia kita, dunia dia dan dunia mereka...~

Alhamdulillah...
untuk setiap helaan nafas yang terhembus
tanpa perlu aku bersembunyi di balik runtuhan bangunan untuk melestarikannya
tanpa perlu aku berteriak nyaring untuk mempertahankannya
tanpa perlu aku menggempur segenap kudrat berlari tanpa arah untuk terus merasai nikmatnya 

dia... sedang teguh berjuang mempertahankan agamanya
dia... masih berhempas pulas membela nasib bangsanya
dia... tak pernah luntur semangatnya untuk terus bertahan demi Pencipta
mereka... para perindu syahid...

Allah...
di saat aku mengeluh hanya kerana gigitan semut yang saiznya berbilion kali lebih kecil dari jasadku...
di saat aku mempersoal kenapa itu dan ini...
di saat aku mencemuh sesuap nasi yang sampai ke mulut...
di saat aku menangis rindukan ibu di kampung...

sedang mereka menghitung detik tatkala ada saja bedilan peluru terperosok ke jasad tanpa mengira saat...
sedang mereka terus mengangkat tangan dan berdoa, munajat pada-Nya...
sedang mereka masih terus mencuba untuk bertahan meski perut tak lagi mampu diisi...
sedang mereka... 
anak kecil itu... memendam rindu yang tak akan pernah berkubur buat ibunya... ibu yang tak mungkin dia temui lagi di dunia...

Allah...
berat sungguh seulas bibir mengucap syukur...
payah sungguh sekeping hati melafaz syukur...

mereka... 
tak mengharapkan harta
mereka...
cuma buntukan doa...



dunia kita, dia dan mereka seakan berbeza... terpisah... namun pada hakikatnya kita berpijak di atas bumi yang sama.... yang sampai satu saat... akan lenyap...


sticky note;
kita mungkin tak mampu mengangkat senjata...
tak mampu menyumbang harta...
namun setiap dari kita pasti mampu mengutus sepotong doa...
doa untuk merekamereka, dan mereka...
juga buat saudara-saudara kita di mana saja mereka berada...

~saya 'sombong' ke?~

chill ^_^

Diam... itu ego... dan sombong ke?

Analogi:
~Do I have to say hi to those who say hello even though I meet him on the street and of course I’m not even know him at all. ~
sekadar analogi yang cuba menggambarkan keadaan sebenar
yang suasananya berbeza tapi main pointnya tetap sama
I'm not even know that person at all...
Tak salah nak jadi peramah tapi jangan nak peramah sangat yang tak bertempat takut mengundang padah. Banyak udang banyak garam, banyak orang banyak ragam. Ingat tu. 

huh... tak faham betul...

'sombong' yang bertempat dan bermatlamat
tak salah rasanya...
bukan untuk menjaga wibawa
tapi untuk menjaga hati dan jiwa
bukan untuk berlagak bagus segala 
tapi untuk memelihara maruah yang teramat berharga

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. “ ( Luqman:18)

“Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Qashash:83)



jujur... saya memang 'sombong'
tapi bukan pada semua
saya 'sombong' pada yang sepatutnya
bukan sombong yang angkuh, bangga diri, riak dan berlagak
tapi 'sombong' bagi orang yang memberi label
'sombong' yang pada dia bila saya mendiamkan diri walhal saya memang begini 
'sombong' yang pada dia bila saya menghindarkan diri dari orang tak dikenali

sticky note;
biar apa orang nak kata asal kita tahu Dia memahami kita
moga Dia redha pada kita
juga pada yang mencipta tafsir pada diri

~kerana selembar bulu mata~

Diceritakan di Hari Pembalasan kelak, ada seorang hamba Allah sedang diadili. Ia dituduh bersalah, menyia-nyiakan umurnya di dunia untuk berbuat maksiat. Tetapi ia berkeras membantah. “Tidak! Demi langit dan bumi sungguh tidak benar. Saya tidak melakukan semua itu.” “Tetapi saksi-saksi mengatakan engkau betul-betul telah menjerumuskan dirimu sendiri ke dalam dosa,” jawab malaikat. Orang itu menoleh ke kiri dan ke kanan, lalu ke segenap penjuru. Tetapi anehnya, ia tidak menjumpai seorang saksi pun yang sedang berdiri.

Di situ hanya ada dia sendirian. Makanya ia pun menyanggah, “Manakah saksi-saksi yang kau maksudkan? Di sini tidak ada siapa kecuali aku dan suaramu.” “Inilah saksi-saksi itu,” ujar malaikat. Tiba-tiba mata hamba Allah tersebut bicara, “Saya yang memandangi.” Disusul oleh telinga, “Saya yang mendengarkan.” Hidung pun tidak ketinggalan, “Saya yang mencium.”

Bibir mengaku, “Saya yang merayu.” Lidah menambah, “Saya yang mengisap.” Tangan meneruskan, “Saya yang meraba dan meramas.” Kaki menyusul, “Saya yang dipakai lari ketika diketahui orang akan maksiat tersebut.”

“Nah! Kalau kubiarkan, seluruh anggota tubuhmu akan memberikan kesaksian tentang perbuatan aibmu itu”, ucap malaikat. Orang tersebut tidak dapat membuka sanggahannya lagi. Ia putus asa dan amat berduka, sebab sebentar lagi bakal dihumbankan ke dalam Neraka Jahanam. Padahal, rasa-rasanya ia telah terbebas dari tuduhan dosa itu. Tatkala ia sedang dilanda kesedihan itu, tiba-tiba terdengar suara yang amat lembut dari selembar bulu matanya: “Saya pun ingin juga mengangkat sumpah sebagai saksi.”

“Silakan”, kata malaikat. “Terus terang saja, menjelang ajalnya, pada suatu tengah malam yang lengang, aku pernah dibasahinya dengan air mata ketika ia sedang menangis menyesali perbuatan buruknya. Bukankah nabinya pernah berjanji, bahawa apabila ada seorang hamba kemudian bertaubat, walaupun selembar bulu matanya saja yang terbasahi air matanya, namun sudah diharamkan dirinya dari ancaman api neraka? Maka saya, selembar bulu matanya, berani tampil sebagai saksi bahawa ia telah melakukan taubat sampai membasahi saya dengan air mata penyesalan.”

Dengan kesaksian selembar bulu mata itu, orang tersebut dibebaskan dari neraka dan dihantarkan ke syurga. Sampai terdengar suara bergaung kepada para penghuni syurga: “Lihatlah, Hamba Allah ini masuk surga kerana pertolongan sehelai bulu mata.”


p/s: selalu dengar kisah ni waktu muda2 dulu masa zaman kanak-kanak ribena...
Mahalnya harga setitis air mata... Jika seseorang hamba Allah tidak lagi mampu untuk menangis kerana takut dengan kekuasaan Allah... justeru menangislah kerana ketidakmampuan itu...

sticky note;
Allah itu Maha Pemurah dengan keampunan
Allah itu Maha Pemurah dengan kasih sayang
Allah itu Maha Pemurah dengan belas kasihan


"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam. Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus. (iaitu) jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang Engkau murkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat." 
[Al-Fatihah, 1: 1-7]

~ikhlas dalam redha~

betullah...
saya ni memang tak ada bakat terpendam apa lagi tertanam
mana tak nya menulis shok sendiri
kemain cari feel nak ekspresikan satu scene sedih alih-alih ada pulak yang rasa part tu funny
adoi... 
kira ok la tu kan... ^_^

ok... bila baca balik qalam rindu rasa macam baca hati sendiri...
kenapa?
sebab menulisnya dari hati...
kisah yang bukan fantasi semata-mata...
ada pengalaman
ada impian
ada harapan...
jujur memang jalan ceritanya hanyalah rekaan semata-mata 
dan tak ada kena mengena dengan yang masih hidup mahupun yang telah kembali kepada-Nya
tapi ada yang tersirat di sebaliknya...
part yang mana?
banyak sebenarnya dan biarlah saya dan Dia saja yang tahu...

aim asal nak sampaikan sesuatu dan pada masa yang sama nak luahkan sesuatu juga kongsi sesuatu
apa yang nak disampaikan macam tak sampai...
mungkin sebab saya tak cukup ikhlas dalam menyampaikan
sesungguhnya hanya Dia yang tahu...
ikhlas tu dalam nilaian Dia
tak siapa tahu bagaimana rasanya ikhlas itu...

kini...
ku teruskan hidup bersama
kasih... rindu...
pada cinta-Nya...
meniti hari penuh pengharapan
pada satu impian tanpa kepastian...
masih jua mengharap...
menanti tibanya hari...
mungkin jua cuma mimpi
tanpa penghujung satu realiti...
aku pasti akan terus menanti
sampai satu saat nafasku terhenti...
Dia menjemputku kembali...
bertemu-Nya yang Abadi...
Andai satu saat
impian hanya tinggal kenangan...
harapan biasan angan-angan...
aku pasrah dengan ketentuan...
kerana aku yakin dengan janji-Nya...
setiap yang mencintai
pasti akan memiliki
cinta-Nya...


redha meski impian dan harapan tak kesampaian
sesungguhnya setiap yang ada di dunia ini adalah milik Dia...


p/s: pernah tengok cerekarama kat TV3 dulu2 tajuk dia Al-Ikhlas...
bagus sebab banyak ajar kita apa yang dimaksudkan dengan ikhlas..