rawan

Andai saja aku bisa menterjemahkan selembar rasa di dasar hati yang kian mencengkam sukma ke dalam suatu bahasa yang mungkin mampu dimengertikan oleh setiap jiwa yang mencuba. Namun sesungguhnya, begitu payah aku rasakan. Terlalu sulit untukku gambarkan dengan lakaran tak berwarna pada setiap naluri rasa di atas kanvas kehidupan yang pastinya tak semudah tutur kata. Lantaran hati kian meronta mendamba secalit tenang di celahan kegelisahan dan kepedihan yang menjalar perlahan... namun menusuk ke segenap daerah hati yang tercorot. 

Gerak tari jemari semakin hilang rentak dalam mencoret rasa mentafsir jiwa. Entah kenapa serasa seakan sudah tiba detik dan tika untukku melontar jauh cebisan duka yang mulai bercambah tanpa aku sedari kerana yang pasti aku sendiri tak mampu menceritakan sejak bila tersemainya ia. Namun, apa jua yang aku cuba lakukan tetap jua tak akan pernah bisa melunturkan rawan di ulu hati yang kian membarah. Luka itu kian membengkak dan bernanah kerana aku sendiri yang tidak pernah mencuba merawatnya atau setidak-tidaknya memberi sedikit ruang dan perhatian tatkala ia mengadu kesakitan. 

Mungkin jua benar, hanya air mata yang bisa menjadi penawar yang paling mujarab pada sakit yang memerlukan segunung kesabaran. Setiap titis air mata yang mengalir di cerun pipi menjadi tanda kepasrahan dan penyerahan seluruh jiwa dan raga untuk Dia.  Takdir yang berbicara mengajakku kembali kepada-Nya. Memberi sedikit ruang untukku berkongsi atau setidaknya mengadu dan merintih pada yang tak akan pernah mengabaikan. 


sticky note; 
luka di hati PERLU dirawat...
dan syifa' yang paling mujarab adalah apabila dirawat oleh Pemiliknya...

"Kita memang tak boleh hidup sorang2 selagi kita tak bergantung pada yang tak mati"~kawan mat luthfi~

0 comments: