di sebalik senyuman ada tangisan
di sebalik tawa tersembunyi air mata
mengundang sepi dalam keramaian
menggamit sunyi dalam keriuhan
Alhamdulillah...
masih tersisa usia di dunia
masih punya kesempatan menggapai redha-Nya
masih punya waktu meraih cinta-Nya
masih punya ruang melakar rindu buat-Nya
kita sudah terlalu banyak menerima
hingga kadang-kadang kita terlupa pada Pemberinya
alpa tanpa sepatah ungkapan Alhamdulillah
bagaimana melafaz syukur andai ertinya masih samar pada sanubari
bagaimana menitip syukur andai maknanya tidak didalami
hakikat syukur bukan sekadar ungkapan yang terlafaz di bibir
ia lebih dari itu
syukur itu datangnya dari hati
hati yang meredhai
hati yang merelai
hati yang tak pernah mempertikai
hati yang tak pernah mempersoal
kita manusia biasa
tak pernah puas dengan apa yang ada
tak pernah merasa cukup dengan apa yang dah tersedia
Analogi;
saya beli seketul ayam goreng
awak juga beli seketul ayam goreng
saya tengok ayam awak dan hati berbisik
"wah... apasal dia punya lagi besar, tapi harganya sama je"
satu contoh yang paling simple. Banyak contoh lain yang dekat dengan kita. Sangat banyak. Dalam tak kita sedari sebenarnya kita seakan terlupa pada Dia yang memberi rezeki. Setiap kurniaan-Nya yang Dia tak minta dibayar. Setiap nikmat-Nya yang Dia tak letakkan harga. Tetap jua kita bertanya kenapa. Tetap jua kita mempersoal mengapa. Kita lupa Dia lebih tahu. Tahu apa yang terbaik untuk kita. Kita lupa... selalu... khilaf manusia...
Paling tidak belajar apa itu syukur
kita mengharap bahagia pada mata kita
kita minta Dia bagi kita bahagia tu
kita nak sangat rasa bahagia tu
kita harap sangat untuk rasa bahagia tu
tapi Dia tak bagi
kenapa?
sebab Dia lebih tahu hakikat bahagia
sebab bahagia itu milik Dia...
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut
(menjadi dakwat), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya,
niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Surah
Luqman, 31:27)
Katakanlah: "Kalau sekiranya lautan menjadi dakwat
untuk (menulis) kalimat-kalimat Pengaturku, sungguh habislah lautan itu sebelum
habis (ditulis) kalimat-kalimat Pengaturku, meskipun Kami datangkan tambahan
sebanyak itu (pula). (Surah
AlKahfi, 18:109)
sticky note;
dear cik hawa adam
la tahzan...
mulai detik dan ketika ini
berhenti menangis pada apa yang tak awak miliki
berhenti mengenang pada apa yang dah pergi
sisipkan tangan kedada
pejam rapatkan mata
sejenak tarik nafas tenang
bisikkan perlahan di dasar hati...
"cukuplah Allah bagiku..."